Selasa, 07 Januari 2025

BREAKFAST yang berantakan

Setiap dapur punya tragedinya sendiri. Tidak ada yang lebih dibenci dapur selain mendapatkan garamnya yang hilang, breakfast, jauh dari kata berkecukupan. Dikatakan tragedi, tatkala dapur tidak mengepul. Ikan, kol, telor, dan tempe enggan bertegur sapa dengan merica, ketumbar, dan jahe. Pisau, kompor, dan wajan menampakkan wajah buram. Sekarang pukul delapan pagi pada hari Senin. Aku pusing, malas beranjak dari ranjang, perut kosong. Tidak begitu yakin mengenakan seragam sekolah. Ini menyedihkan dan pahit, dan aku baru mengetahui, orang tua-ku berantem kemarin, gaji papa dipotong setengah, ada sesuatu yang salah di hari Minggu. Penyesalan melampaui ambisiku. Seingatku, dapur itu tempat percobaan tentang apa pun, kecuali cinta. Karena cinta, sumber segala definisi. Dapur bukan potongan-potongan peristiwa, dia klise keadaan, yang tidak terhalang oleh kejujuran. Aku merenung, kemiskinan di ujung lidah. Aku miskin karena berpikir miskin, ataukah apa. Aku galau, dan kembali memanggil Google. Aku search, ternyata kemiskinan bisa diproduksi oleh culture, tatkala upaya dan usaha dibelenggu. Miskin karena struktur juga ada, tatkala jerih payah di ekploitasi miring. Aku menghela nafas, bibir kubuat mekar sedikit, ternyata miskin itu pilihan, yang sanggup memberantakkan semuanya. Aku tergelitik dengan padangan teologi, kemiskinan berujung pada kebahagiaan. Sejenak aku lega, begitu banyak reputasi dapur sebagai aset yang paling berharga. Tanpanya, rumah hanya bongkahan batu dan semen. Dapur sebagai tempat pembantaian, tatkala benar-benar kesepian. Dianggap sains, tatkala terhibur cinta dan gairah. Pendeknya, dapur berselimutkan misteri. Aku mencoba meletakkan optimisme dan pesimisme dapur pada kedudukannya yang sama, itu yang aku dapat di bangku sekolah sebagai calon master, imajinasiku. Pikiran dapur baik sebagai kawan, buruk sebagai lawan, aku enyahkan. Ini terjadi karena baik memproduksi buruknya sendiri. begitu juga sebaliknya, buruk memproduksi baiknya sendiri. Dengan cara itu, aku ke kamar mandi, siap-siap tampil cantik, walaupun perut kosong. Rambut kukepang jadi dua, pupur aku oleh ke pipi, seragam merah putih dikenakan, sepatu hitam kaos kaki kukenakan. Dada kubusungkan ke depan. Aku sadar, di depan ada “hope”. Kehangatan namanya. gambar di unduh Pinterest

5 komentar:

  1. Nama. : Ni Kadek Sri Artiningsih
    Nim :24021006
    Jurusan : D3 Akuntansi
    Kelas : Semester 1 Kelas Perempuan
    Mata kuliah uas : pengantar ekonomi dan pengantar bisnis
    Menurut saya Hubungan antara Konsep Ekonomi dan Bisnis dalam teks ini saling berkaitan karena
    Kondisi ekonomi keluarga yang sulit (kemiskinan, pengangguran, ketimpangan) berdampak pada aktivitas bisnis dalam skala rumah tangga (produksi makanan di dapur). Sebaliknya, upaya keluarga untuk mengatasi masalah ekonomi (mencari informasi, mengelola keuangan) dapat dianggap sebagai aktivitas bisnis dalam skala kecil. Adapun beberapa hubungan konsep ekonomi dan bisnis yaitu:
    Konsep Ekonomi yang Terdapat dalam breakfast yang berantakan meliputi:
    * Kemiskinan: Kondisi ekonomi keluarga dalam teks ini sangat jelas menggambarkan kemiskinan. Hal ini terlihat dari hilangnya sumber pendapatan (gaji ayah dipotong), kesulitan memenuhi kebutuhan sehari-hari, dan adanya perdebatan mengenai definisi kemiskinan.
    * Pengangguran: Meskipun tidak secara eksplisit disebutkan, namun implikasi dari pengurangan gaji ayah dapat mengindikasikan adanya potensi pengurangan jam kerja atau bahkan pemutusan hubungan kerja.
    * Produksi: Dapur dalam teks ini diibaratkan sebagai tempat produksi. Namun, karena keterbatasan ekonomi, produksi makanan menjadi terhambat.
    * Konsumsi: Kondisi ekonomi yang sulit membuat keluarga harus membatasi konsumsi.
    * Nilai Ekonomi: Teks juga menyentuh konsep nilai ekonomi. Dapur dianggap sebagai aset yang berharga, namun nilai ekonomisnya menjadi berkurang karena tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya.
    Konsep Bisnis yang Terdapat dalam teks barksfast meliputi:
    * Usaha Kecil: Meskipun tidak secara eksplisit disebutkan, namun upaya keluarga untuk mencari solusi atas masalah ekonomi dapat dikaitkan dengan konsep usaha kecil. Misalnya, ketika penulis mencari informasi tentang kemiskinan di Google, ini dapat dianggap sebagai upaya untuk mencari alternatif penghasilan atau solusi bisnis.
    * Manajemen Keuangan: Teks menyoroti pentingnya manajemen keuangan. Keluarga harus pintar-pintar mengatur pengeluaran agar kebutuhan sehari-hari tetap terpenuhi meskipun pendapatan berkurang.
    * Produktivitas: Kondisi dapur yang berantakan dapat diibaratkan sebagai penurunan produktivitas.
    * Inovasi: Penulis berusaha mencari solusi atas masalah ekonomi yang dihadapinya.

    BalasHapus
  2. Nama : Pertiwi Pranoto
    NIM : 24021018
    D3 Akuntansi Kelas Perempuan

    1. Kemiskinan sebagai Pilihan atau Konstruksi Sosial. Kemiskinan bisa dikaitkan dengan kondisi di mana individu atau kelompok kesulitan untuk keluar dari kemiskinan akibat berbagai faktor seperti akses terbatas terhadap pendidikan, kesehatan, dan pekerjaan yang layak. Kemiskinan bisa diproduksi oleh culture dan struktur. Upaya individu yang terbatas bisa dihambat oleh struktur sosial yang sudah ada, seperti ketidakmerataan distribusi sumber daya atau kesempatan.
    2. Dapur sebagai Simbol Ekonomi Rumah Tangga. Dapur bisa dilihat sebagai metafora dari kegiatan ekonomi rumah tangga. Dapur adalah tempat di mana sumber daya (seperti bahan makanan) dikelola, disiapkan, dan dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan dasar. Dalam ekonomi keluarga, keterbatasan bahan atau pendapatan seperti yang digambarkan dengan hilangnya garam atau ketidakcukupan bahan makanan mencerminkan kondisi keuangan rumah tangga yang terbatas. Ketika sumber daya terbatas, maka pengalokasian sumber daya (misalnya, memilih bahan makanan yang lebih murah atau lebih bergizi) menjadi krusial.
    3. Struktur Ekonomi dan Eksploitasi: Gagasan "miskin karena struktur" merujuk pada ketidaksetaraan struktural dalam sistem ekonomi yang dapat membatasi peluang individu untuk keluar dari kemiskinan. Eksploitasi tenaga kerja dan sumber daya alam merupakan contoh nyata dari struktur ekonomi yang tidak adil.

    4. Siklus Kemiskinan: Adanya siklus kemiskinan yang sulit diputus. Kondisi ekonomi yang buruk dapat berdampak pada kesehatan, pendidikan, dan produktivitas, yang pada gilirannya memperpanjang siklus kemiskinan.

    5. Psikologi Ekonomi: "miskin karena berpikir miskin" menunjukkan adanya aspek psikologis dalam kemiskinan. Cara seseorang memandang dirinya sendiri dan masa depannya dapat memengaruhi motivasi dan tindakannya untuk keluar dari kemiskinan.
    6. Optimisme dan Pesimisme dalam Bisnis: Konsep "baik memproduksi buruknya sendiri" dan "buruk memproduksi baiknya sendiri" dapat dihubungkan dengan dinamika bisnis. Dalam bisnis, seringkali terdapat situasi di mana keberhasilan dapat memicu kegagalan dan sebaliknya.
    7. Siklus Hidup Produk: Dapur sebagai tempat yang mengalami pasang surut dapat dikaitkan dengan siklus hidup produk dalam bisnis. Produk baru yang sukses dapat mengalami penurunan penjualan seiring waktu, dan perusahaan harus terus berinovasi untuk bertahan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. 8. Manajemen Risiko: Keluarga dalam teks ini menghadapi risiko kehilangan pendapatan. Dalam bisnis, manajemen risiko sangat penting untuk mengantisipasi dan mengatasi berbagai ketidakpastian.
      9. Pemasaran: Makanan yang disajikan di dapur dapat dianggap sebagai produk yang dipasarkan kepada anggota keluarga. Konsep pemasaran seperti branding dan positioning produk dapat diterapkan dalam konteks keluarga.
      10. Kewirausahaan: Meskipun tidak secara eksplisit disebutkan, cerita ini menginspirasi semangat kewirausahaan. Keinginan untuk keluar dari kemiskinan dapat mendorong seseorang untuk mencari peluang bisnis.
      11. Perbandingan Dapur dengan Bisnis: Sama seperti dapur yang membutuhkan bahan baku untuk menghasilkan makanan, bisnis juga membutuhkan input seperti modal, tenaga kerja, dan bahan mentah untuk menghasilkan produk atau jasa. Ketika bahan baku di dapur terbatas, begitu pula produksi makanan. Begitu pula dalam bisnis, keterbatasan sumber daya dapat menghambat pertumbuhan dan profitabilitas.
      12. Siklus Ekonomi Keluarga: Perubahan pendapatan keluarga dapat diibaratkan sebagai siklus ekonomi dalam skala kecil. Ketika pendapatan menurun, konsumsi juga cenderung menurun, dan ini dapat berdampak pada berbagai aspek kehidupan keluarga, termasuk pendidikan dan kesehatan.
      13. Pengambilan Keputusan Ekonomi: Keputusan untuk tetap bersekolah meskipun dalam kondisi ekonomi yang sulit merupakan contoh dari pengambilan keputusan ekonomi yang melibatkan trade-off. Di satu sisi, pendidikan dapat membuka peluang untuk masa depan yang lebih baik, tetapi di sisi lain, biaya pendidikan dapat menjadi beban tambahan bagi keluarga.

      Hapus
  3. Nama : Hok Ling
    Nim : 24011077
    Jurusan : S1 Manajemen
    Semester : 1

    Artikel ini menggambarkan bagaimana pengalaman personal di dapur bisa menjadi metafora yang kaya untuk memahami konsep ekonomi dan bisnis. Berikut adalah penjelasan saya mendalam tentang konsep-konsep tersebut:

    1. Kemiskinan sebagai Isu Ekonomi

    Kemiskinan menjadi tema utama dalam artikel ini, yang dapat dilihat dari perspektif:

    -Di mana pola pikir dan budaya membelenggu seseorang dari berusaha untuk keluar dari kondisi tersebut. Hal ini mencerminkan bagaimana mindset dan nilai-nilai dalam suatu komunitas dapat memengaruhi produktivitas ekonomi.
    -Merujuk pada eksploitasi tenaga kerja dan ketidakadilan distribusi sumber daya. Ini mengacu pada bagaimana sistem sosial dan ekonomi yang tidak adil dapat menciptakan ketimpangan ekonomi.
    -Pernyataan bahwa "kemiskinan adalah pilihan" menyoroti pentingnya peran individu dalam menentukan nasib ekonomi mereka, meskipun ini tetap harus dilihat dalam konteks peluang yang tersedia.

    2. Dapur Sebagai Representasi Ekonomi Mikro
    -Dapur digambarkan sebagai tempat "eksperimen" untuk mengolah bahan mentah menjadi sesuatu yang bernilai, mencerminkan proses produksi. Ketika bahan-bahan seperti ikan, kol, dan tempe tidak berfungsi karena keterbatasan (misalnya, kehilangan garam), hal ini menggambarkan bagaimana rantai produksi dapat terhenti karena kekurangan sumber daya penting.
    -Artikel menggambarkan bagaimana kelangkaan sumber daya (seperti garam) memengaruhi keputusan sehari-hari. Dalam ekonomi, ini adalah konsep kelangkaan yang menjadi dasar pembuatan keputusan.

    3. Konflik Ekonomi dalam Rumah Tangga
    -Konflik orang tua akibat pemotongan gaji menunjukkan bagaimana ketidakstabilan ekonomi berdampak langsung pada dinamika keluarga. Ini relevan dengan konsep ekonomi keluarga, di mana manajemen pendapatan dan pengeluaran menjadi kunci untuk menjaga harmoni rumah tangga.
    -Ketika pendapatan berkurang, dampaknya terasa pada kebutuhan dasar, seperti makanan, dan pada akhirnya memengaruhi produktivitas individu (dalam hal ini, keengganan untuk sekolah karena perut kosong).

    4. Dapur Sebagai Aset Bisnis
    -ini menggambarkan dapur sebagai "aset paling berharga" dalam rumah tangga, yang menunjukkan pentingnya fungsi dapur dalam menciptakan nilai ekonomi. Dalam bisnis, dapur dapat dianalogikan sebagai pusat produksi yang menentukan keberlangsungan usaha.
    -Seperti dalam bisnis, dapur membutuhkan kreativitas untuk mengolah bahan yang tersedia menjadi sesuatu yang bermanfaat. Hal ini relevan dengan inovasi dalam manajemen bisnis untuk memaksimalkan sumber daya yang terbatas.

    5. Optimisme dan Pesimisme dalam Bisnis
    -Artikel ini menggambarkan dapur sebagai tempat yang bisa mencerminkan kehangatan (optimisme) atau kesepian (pesimisme). Dalam dunia bisnis, ini menggambarkan dinamika antara peluang (opportunity) dan tantangan (threat).
    -Meskipun kondisi tidak ideal (perut kosong), karakter utama memilih untuk bangkit dan mempersiapkan diri. Ini adalah konsep resilience, di mana bisnis atau individu tetap bertahan dan berkembang meskipun menghadapi kesulitan.

    6. Harapan dan Cita-Cita Ekonomi
    -Harapan digambarkan sebagai motivasi untuk bangkit dari keterpurukan. Dalam konteks ekonomi, harapan adalah faktor yang mendorong inovasi, investasi, dan perbaikan kesejahteraan.
    -Dengan tetap bersiap untuk sekolah, artikel ini menyoroti pentingnya pendidikan dalam mengatasi kemiskinan dan menciptakan peluang ekonomi yang lebih baik.

    Kesimpulan
    dapur sebagai simbol yang kuat untuk menggambarkan dinamika ekonomi dan bisnis, termasuk kemiskinan, produksi, konsumsi, konflik ekonomi, inovasi, resilience, dan harapan. Dari perspektif ekonomi, dapur mencerminkan bagaimana keterbatasan sumber daya dapat diatasi dengan kreativitas, adaptasi, dan optimisme, yang semuanya relevan dengan prinsip ekonomi dan strategi bisnis modern.

    BalasHapus
  4. Nama : Evi Juliana
    NIM : 24021020
    Jurussan : S1 Management
    Semester : 1

    1. Hubungan dengan Ekonomi
    a. Kemiskinan dan Ketimpangan Ekonomi: Cerita ini menggambarkan kondisi keluarga yang mengalami kesulitan ekonomi, dengan gaji ayah yang dipotong setengah. Kondisi ini mencerminkan kemiskinan yang dipengaruhi oleh ketimpangan ekonomi. Dalam ekonomi, kemiskinan bisa dipandang sebagai ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar, yang terjadi karena keterbatasan pendapatan, pengangguran, atau bahkan karena struktur ekonomi yang tidak merata. Ini tercermin dalam cerita di mana dapur, yang seharusnya menjadi tempat produksi makanan, justru tidak berfungsi dengan baik karena kekurangan sumber daya.

    b. Produksi dan Konsumsi: Dapur, sebagai pusat aktivitas produksi makanan dalam rumah tangga, mengalami hambatan karena terbatasnya sumber daya (garam hilang, bahan makanan tidak tersedia). Ini menggambarkan prinsip dasar dalam ekonomi: produksi dan konsumsi. Ketika ekonomi keluarga terhimpit, kemampuan untuk memproduksi (dalam hal ini makanan) dan mengonsumsi menjadi terganggu. Terlebih, konsumsi berlebihan atau tidak terkendali bisa memperburuk kondisi ekonomi keluarga, sementara konsumsi yang terlalu terbatas juga dapat merugikan kesejahteraan.

    c. Nilai Ekonomi: Di dalam cerita, dapur dianggap sebagai aset yang paling berharga dalam rumah tangga, tetapi nilai ekonominya menurun ketika fungsinya terganggu. Ini mencerminkan nilai ekonomi yang ada pada suatu aset. Dalam ekonomi, nilai sebuah barang atau aset bergantung pada kemampuannya untuk memberikan manfaat atau fungsi tertentu. Ketika dapur tidak berfungsi dengan baik, nilai ekonominya pun berkurang. Ini sejalan dengan konsep ekonomi yang mengatakan bahwa nilai suatu aset akan meningkat jika aset tersebut dapat digunakan secara optimal.

    2. Hubungan dengan Bisnis
    a. Usaha Kecil dan Inovasi: Cerita ini juga menggambarkan dinamika usaha kecil, meskipun tidak secara eksplisit disebutkan. Misalnya, penulis yang mencari informasi tentang kemiskinan dan solusi di Google dapat diartikan sebagai upaya untuk berinovasi dalam mencari solusi bisnis atau sumber pendapatan alternatif. Meskipun konteksnya lebih pribadi, ini menunjukkan bagaimana dalam dunia bisnis, inovasi sering kali menjadi jalan keluar dari kesulitan atau tantangan yang dihadapi oleh pelaku usaha.

    b. Manajemen Keuangan: Manajemen keuangan adalah konsep yang sangat penting dalam bisnis, dan ini tercermin dalam cerita melalui cara keluarga mengelola pengeluaran setelah gaji ayah dipotong. Keluarga harus mengatur pengeluaran dengan lebih hati-hati agar kebutuhan dasar tetap terpenuhi. Dalam dunia bisnis, hal ini serupa dengan bagaimana perusahaan harus mengelola arus kas dan anggaran dengan cermat untuk tetap bertahan di tengah tantangan ekonomi.

    c. Produktivitas dan Efisiensi: Dapur yang berantakan dan tidak berfungsi dengan baik menggambarkan penurunan produktivitas. Dalam bisnis, produktivitas merujuk pada kemampuan untuk menghasilkan lebih banyak dengan sumber daya yang terbatas. Ketika produksi makanan (yang menjadi aktivitas utama di dapur) terganggu, ini mencerminkan penurunan efisiensi dalam memanfaatkan sumber daya yang ada. Dalam bisnis, jika sumber daya tidak dimanfaatkan secara maksimal atau secara efisien, maka kinerja perusahaan akan menurun.

    d. Pengelolaan Risiko dan Ketahanan Bisnis: Cerita ini juga mengisyaratkan pentingnya ketahanan dalam menghadapi situasi sulit. Dalam konteks ekonomi dan bisnis, pengelolaan risiko menjadi aspek yang sangat penting. Keluarga dalam cerita ini sedang berusaha menghadapi kenyataan baru dengan gaji yang dipotong, yang menunjukkan pentingnya bagi bisnis untuk memiliki strategi pengelolaan risiko untuk bisa bertahan dalam kondisi yang tidak terduga.

    BalasHapus